School Of Rock

Category:Movies
Genre: Comedy
Sosok nyata aktor dan pemusik gendut calon penerima award jadi ilham untuk film pengundang tawa. Dihiasi lagu-lagu rock legendaris.

BEGINI jadinya jika pemimpi yang berangan-angan menjadi rocker harus mengajar puluhan bocah cilik di sebuah sekolah dasar. "Rock will test your head… and your mind… and your brain too!" kata si rocker pemimpi. Puluhan bocah imut dengan wajah culun berseragam lengkap dengan dasi itu pun melongo. Mereka saling pandang dengan wajah takut sekaligus bingung. Guru yang tambun dan berwajah sangar itu juga bertanya siapa idola mereka.

Maka, ada yang nyeletuk menjawab: Christina Aguilera! Ada pula yang menjawab Puff Diddy! Yang lain menyebut Alicia Keys. Bocah-bocah itu pun dianugerahi predikat baru oleh sang guru: kampungan! "Ada yang tahu Led Zeppelin, Black Sabbath, atau The Ramones?" tanya si guru kemudian. Lagi-lagi bocah-bocah culun dalam kelas itu bengong. Lalu serempak menggeleng.

Dewey Finn (diperankan Jack Black), sang guru, berang dan memandangi murid-muridnya dengan galak. Lalu ia memutuskan untuk mulai mengajarkan dua bidang studi baru: sejarah musik rock dan apresiasi musik rock. Sebuah proyek baru pun digelar: membuat band rock. Matematika, bahasa, atau biologi? Tabu dipelajari.

Film School of Rock memang sebuah film komedi. Film ini sebagian diilhami kehidupan nyata Jack Black, yang selain aktor, juga penyanyi, penulis lagu, dan gitaris band Tenacious D. Penulis skenario School, Mike White, menganggap Jack Black, yang kebetulan tetangganya, sebagai pribadi unik. Black pernah dinominasikan menerima American Comedy Award dan Blocbuster Entertainment Award 2001 sebagai aktor pembantu terbaik di film komedi High Fidelity.

White mengagumi Black sebagai performer sejati, musisi yang hebat dengan penampilan kontras, sangar tapi lucu. Maka, karakter Dewey Finn di School bisa dibilang jelmaan Jack Black. White yang skenario filmnya, The Good Girl, banyak dipuji selalu membayangkan bagaimana seandainya Black berada di antara anak-anak. Karena itu, White menciptakan situasi di mana karakter Finn dipecat dari band dan terpaksa menyamar jadi guru.

White berkolaborasi dengan Richard Linklater, sutradara film indie dari Austin, Texas. Linklater pernah membuat terobosan penting ketika memproduksi film Waking Life di garasinya. Ia berhasil membuktikan bahwa film komersial pun bisa dibuat di rumah dengan kamera digital dan sebuah komputer Macintosh. Linklater paham betul kondisi psikologis karakter Finn. "Karakter Finn membuat saya becermin bagaimana dulu saya bisa melakukan apa saja untuk membuat film," kata Linklater.

Tantangan yang dirasa paling berat oleh duet White dan Linklater adalah pada pemilihan pemeran aktor-aktris ciliknya yang harus benar-benar berbakat musik. Soalnya, selain Jack Black, film ini praktis dipenuhi bocah usia sekolah umur 10-13 tahun. The School of Rock sendiri adalah nama band baru yang jadi proyek ambisi Finn. Ikon ini juga dipakai sebagai soundtrack film.

Anak-anak itu terdiri dari Rebecca Brown (sebagai Katie, pemain bas), yang aslinya adalah pemain gitar klasik berumur 11 tahun; Robert Tsai (sebagai Lawrence, keyboardist), bocah 12 tahun yang menjadi pianis sejak umur enam tahun; dan Joey Gaydos Jr. (sebagai Zack, pemain gitar utama). Joey yang baru berusia 10 tahun ini benar-benar punya band sendiri bernama Badd Racquette yang beraliran rock n' roll dan sudah memproduksi cakram padat (CD) sendiri.

Kemudian ada Kevin Clark (sebagai Freddy, penggebuk drum), bocah 14 tahun yang mulai main drum sejak umur tiga tahun. The School of Rock adalah debut semua anak-anak itu di dunia film. Tapi ini jadi semacam blessing in disguise, karena kekikukan mereka mencoba bermain sebagai anggota band justru terlihat natural di film ini.

Kelucuan film ini banyak mengeksploitasi kontrasnya karakter Finn yang sangat kasar dan grabak-grubuk dengan keluguan dan kepolosan anak-anak itu. Jadi, jangan heran jika banyak humor yang terdengar kasar dalam School. Tapi White --yang juga ikut berperan sebagai Ned di film ini-- juga tak lupa menyisipkan pesan-pesan bijak.

Ketika Freddy sempat mau mencoba-coba teler dengan sejumlah rocker, misalnya, Finn melabrak para rocker tersebut. "Pecundang seperti kalian ini yang merusak reputasi musik rock! Kalian bukan rocker sejati," katanya, galak. "Kamu harus tahu, menjadi musisi rock tidak harus ngedrug atau fly, rock itu semangat!" katanya kepada Freddy.

Selain pesan yang tersisip, film ini juga memanjakan penonton dengan sejumlah lagu rock milik band rock legendaris, seperti Led Zeppelin, The Ramones, dan The Who. Selebihnya, bersiaplah untuk banyak tertawa!

download movi di bawa ini..



 download The School Of Rock Indonesian subtitle
free counters
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    http://www.facebook.com/Fred.Lovers

Video Gallery

SMS gratis

Your browser does not support frame.

guestbook